Judul : Ontologi,
Epistemologi dan Aksiologi
Jurnal :
Jurnal Wawasan Keislaman
Volume
& Halaman : 8(2), 35-45
Tahun : 2013
Penulis
: Bahrum, SE, M.Ak, Akt
DOI : 10.24252/.v8i2.1276
Reviewer
: Gusti Ahmad Hidayat
Latar Belakang
Tiga landasan dasar ilmu pengetahuan terdiri dari ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Nilai kegunaan ilmu tergantung dari manusia yang menggunakannya. Dalam realitas manusia ini terdapat dua golongan. yang pertama yaitu golongan yang mengatakan bahwa ilmu itu mutlak beridiri sendiri. Sedangkan golongan satunya mengatakan bahwa ilmu itu tiddak bebas nilai. Nilai yang menjadi dasar dalam penilaian baik buruknya segala sesuatu dapat dilihat dari nilai etika (agama) dan estetika..
Teori Pembahasan
Pada hakikatnya aktivitas ilmu dilatarbelakangi oleh pertanyaan yang didasasrkan pada tiga pertanyaan, yakni “Apa yang ingin diketahui, bagaimana cara memperoleh pengetahuan dan apakah nilai pengetahuan tersebut.” Oleh karena itu ilmu tidak dapat terlepas dari landsaan ontologi, epistemologi, dan aksiologi.
Kata Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi menurut bahasa, berasal dari bahasa Yunani. Kata ontologi berasal dari kata “Ontos” yang berarti (berada). Kata Episemologi berasal dari kata episteme yang berarti pengetahuan, dan kata aksiologi berasal dari kata Axios yang berarti “bermanfaat”.
Ontologi adalah bagian filsafat yang paling umum, atau merupakan bagian dari metafisika, dan metafisika merupakan salah satu bab dari filsafat. Ditinjau dari segi ontologi, ilmu membatasi diri pada kajian yang bersifat empiris. Objek penelaah ilmu mencakup seluruh aspek kehidupan yang dapat diuji oleh panca indera manusia.
Kajian epistemologi membahas tentang bagaimana proses mendapatkan ilmu pengetahuan, hal-hal apakah yang harus diperhatikan agar mendapatkan pengetahuan yang benar, apa yang disebut kebenaran dan apa kriterianya. Objek telaah epistemologi adalah mempertanyakan bagaimana sesuatu itu datang, bagaimana kita mengetahuinya, bagaimana kita membedakan dengan lainnya, jadi berkenaan dengan situasi dan kondisi ruang serta waktu mengenai sesuatu hal.
Landasan dalam tataran aksiologi adalah untuk apa pengetahuan itu digunakan ditonton khalayak ramai, sejumlah ulama dan seniman menjadi berang. Dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, penemuan nuklir dapat menimbulkan bencana perang, penemuan detektor dapat mengembangkan alat pengintai kenyamanan orang lain, penemuan cara-cara licik ilmuan politik dapat menimbulkan bencana bagi suatu bangsa, dan penemuan bayi tabung dapat menimbulkan bancana bagi terancamnya perdaban perkawinan. Berkaitan dengan etika, moral, dan estetika maka ilmu itu dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:
- Ilmu Bebas Nilai
Ilmu yang bebas nilai artinya adalah ilmu yang netral nilai-nilainya baik secara ontologis, epistemologis, maupun aksiologis. Ilmu ini berkembang bebas dari apapun termasuk moral(agama) dan keilmuwan itu sendiri, sifatnya mutlak karena berdasarkan pada realitas tanpa terikat oleh nilai-nilai yang ada. Masalah moral dalam menghadapi ekses ilmu dan teknologi yang bersifat destruktif para ilmuan terbagi dalam dua pendapat. Golongan pertama menginginkan ilmu netral dari nilai-nilai baik secara ontologis, epistemologis, maupun aksiologis.
- Teori Tentang Nilai
Pertimbangan fakta dan pertimbangan nilai tidak dapat dipisahkan, antara keduanya karena saling memengaruhi. Ada perbedaan antara pertimbangan nilai dengan pertimbangan fakta. Fakta berbentuk kenyataan, ia dapat ditangkap dengan pancaindra, sedang nilai hanya dapat dihayati. Walaupun para filosof berbeda pandangan tentang defenisi nilai, namun pada umumnya menganggap bahwa nilai adalah pertimbangan tentang penghargaan.
0 komentar:
Post a Comment